6 Bulan Tanpa Aplikasi Social Media

Bismillah...

Sekitar akhir 2018 saya sadar bahwa "kecanduan" saya dengan gadget, terutama smartphone sudah di level mengkhawatirkan menurut saya.

Tidak bisa saya berdiam diri sebentar, tanpa melihat smartphone.

Di meja makan? Smartphone.

Lagi ngantri di kasir, padahal antriannya cuma 1 orang didepan. Buka smartphone.

Mau tidur? Ya jelas, smartphone.

Rata-rata perhari saya menggunakan smartphone selama 5-6 jam. Bahkan lebih.

Benar, beberapa diantaranya memang untuk pekerjaan, seperti komunikasi dengan tim, chat untuk kepentingan bisnis, teleponan (bisnis), baca buku, dan banyak sekali aktivitas mengirim dan menerima email (lagi, bisnis).

Saat itu saya berkata kepada diri sendiri, wajar, karena kami di KIRIM.EMAIL semuanya serba jarak jauh, saya memang harus sering-sering berkomunikasi melalui smartphone.

Namun, setelah data di smartphone saya lihat lebih dalam lagi, ternyata untuk pekerjaan, rata-rata saya hanya menghabiskan 1.5-2 jam saja.

Jadi 4 jam lagi (atau lebih) kemana?

Sebagai catatan, saya sudah tidak main game sejak waktu yang lama, jadi, tidak ada lagi game di smartphone saya.

Setelah saya lihat lebih dalam, ternyata aktivitas di social media (termasuk YouTube) menjadi mayoritas alasan saya menggunakan smartphone.

Tidak masalah kalau memang produktif, namun dalam kasus saya, lebih banyak smartphone itu digunakan untuk scrolling daripada memproduksi konten.

Intinya, buat saya, sebenarnya smartphone malah menghalangi saya dari melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Tanpa sadar, saya mengembangkan skill yang sangat tidak bermanfaat: Membuang nikmat waktu luang.

Padahal Rasululullah shallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan kita akan hal ini:

"Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR.Bukhari)

Rasululullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

“Pergunakanlah yang lima sebelum datang yang lima; Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Masa kayamu sebelum datang masa miskinmu. Waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu. Dan hidupmu sebelum datang matimu. (HR. al Hakim).

Akhirnya pada sekitaran Oktober 2018 saya memutuskan untuk mengubah total cara saya menggunakan smartphone.

Awalnya saya ketemu dengan artikel Jake Knapp ini. Dalam artikel tersebut, ia me-review kembali 6 tahun kebelakang dengan smartphone yang sama sekali tidak mendistraksi.

Ia membuang hampir semua aplikasi di smartphonenya, social media, email, dll. Dan hanya menyisakan yang benar-benar ia butuhkan. Ternyata yang benar-benar tersisa hanya kamera dan maps (peta). Sisanya tentu saja aplikasi bawaan yang mungkin tidak bisa dihapus dari smartphone tersebut.

Setelah membaca artikel diatas saya kemudian merenung. Ini yang saya cari, namun tanpa email? Apa mungkin? Ini yang membuat saya sempat ragu.

Di internet ada banyak sekali cara untuk menyesuaikan smartphone Anda agar lebih bermanfaat, tapi tidak ada cara se-extreme yang dilakukan Jake Knapp diatas.

Menurut saya, yang paling sulit dari mengubah kebiasaan bukan memulainya, tapi mempertahankannya.

Dari pengalaman saya, mulai dari manapun akan sama aja, bagaimana Anda bisa tetap bertahan menjalankannya lah yang lebih penting.

Karenanya memulai dari titik extreme akan memiliki kelebihan tersendiri, karena saat kita berada di titik extreme, akan sangat menantang untuk kembali ke titik awal kita berada.

Dan akhirnya, hanya selang beberapa jam dari membaca artikel tersebut saya pun memutuskan untuk langsung mencoba.

Apa yang saya lakukan?

Ini step by step yang saya lakukan:

Menghapus aplikasi infinite scrolling

Infinite scrolling adalah aplikasi yang membuat kita bisa menggulir (scrolling) dengan tidak terbatas.

Diantara aplikasi ini adalah aplikasi social media seperti Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, Pinterest, dll, yang memang didesain untuk tidak bisa berhenti kita scroll.

Beberapa orang bahkan menggunakan istilah "pencari footer Facebook".

Tidak ada ampun bagi aplikasi seperti ini, harus saya buang, karena infinite scrolling seperti inilah yang membuat saya tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar smartphone.

Menghapus aplikasi yang tidak saya gunakan lebih dari 30 hari

Selanjutnya adalah membuang aplikasi yang posisinya ditengah. Atau, yang membuat saya berkata "nanti kalau butuh gimana?"

Karenanya saya memberikan peraturan ke diri saya sendiri, bahwa sesuatu yang tidak saya gunakan lebih dari 30 hari, maka akan saya hapus.

Mematikan hampir semua notifikasi

Untuk aplikasi yang masih tersisa, hampir tidak ada notifikasi yang aktif, kecuali:

  • Aplikasi chat (Whatsapp, Telegram, dll)
  • Basecamp (karena hampir seluruh pekerjaan ada disini)
  • Dan notifikasi adzan (ini berguna di tempat yang tidak terdengar suara adzan).

Khusus untuk aplikasi chat pun tidak semua notifikasinya aktif, hampir 100% group chat saya mute, atau saya keluar dari group chat tersebut (agak susah untuk keluar dari group chat keluarga karena takut dianggap durhaka).

Ini berlaku juga di channel Telegram, tidak ada notifikasi sama sekali.

Bagaimana dengan email? Sama, tidak ada notifikasi juga kecuali dari orang-orang yang saya tentukan.

Menggunakan wallpaper paling membosankan sepanjang sejarah wallpaper smartphone

Buat smartphone Anda tidak layak dipandang. Ngebosenin. Saya pribadi menggunakan wallpaper berwarna hitam saja.

Dan sejak saat itu, kondisi smartphone saya hampir tidak berubah sampai saat ini.

Begini kira-kira tampilan homepage nya:

Dari gambar diatas:

  • Hanya satu halaman (homepage saja), ditambah halaman khusus widget (tidak bisa diisi aplikasi).
  • Aplikasi di homepage hanya yang benar-benar saya buka hampir setiap hari.
  • Aplikasi yang mungkin penting, namun tidak rutin saya buka, saya kumpulkan di folder yang bertuliskan Extras.
  • Oh iya, tidak ada browser.

Hasilnya?

Hasilnya tentu saja ada positif dan negatif.

Saya akan mulai dari hasil negatifnya terlebih dahulu karena lebih sedikit (dan kurang penting).

Tidak adanya aplikasi social media membuat pendistribusian konten menjadi lebih menantang. Jika saya ingin membagikan artikel, video, atau mungkin promosi sesuatu, saya harus menunggu hingga berada didepan laptop untuk melakukannya.

Dan disini saya baru sadar, betapa tidak nyamannya versi web dari social media saat ini dibanding versi aplikasi mobilenya.

Mengakses Facebook dari laptop saya terasa jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan aplikasi Facebook yang semakin kesini sepertinya semakin ringan dan cepat.

Kendala lain adalah, saya baru sadar, ternyata banyak sekali komunikasi terjadi di DM Instagram. Dan karena saya tidak memiliki aplikasi Instagram, maka praktis saya tidak bisa membaca dan mengirim DM.

Ok, bagaimana dengan dampak positifnya?

Ini dampak yang terukur: Penggunaan smartphone saya jadi ngedrop. Rata-rata hanya 1.5 - 2 jam sehari.

Dampak lain yang bisa saya ukur: Batere smartphone jadi lebih tahan lama. Di beberapa kasus bahkan pernah tahan 1.5 hari dengan penggunaan yang cukup lumayan (navigasi dengan Waze, sambil denger Podcast, dan membalas email yang cukup banyak).

Tapi tentu saja, lebih banyak dampak yang tidak terukur, diantaranya menurut saya:

  • Waktu berinteraksi dengan keluarga lebih banyak.
  • Lebih banyak buku yang bisa saya baca dan selesaikan.
  • Tidak ada desakan untuk mengecek smartphone saat meeting. Sehingga saya bisa memberikan perhatian penuh ke orang yang berada didepan saya saat sedang berbicara.
  • Saya merasa menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar.
  • Kerja lebih fokus dan lebih terarah.
  • Minim drama dari social media.
  • Dan semoga, mengurangi kesiasiaan waktu.

Apa yang terjadi saat saya install kembali?

Setelah sekitar 6 bulan, beberapa waktu yang lalu saya mencoba untuk menginstall kembali Facebook, Instagram, dan beberapa aplikasi lain.

Saya mendengar aplikasi Facebook sudah update dan menjadi sangat berbeda, saya juga harus mengecek dan merespon DM Instagram saya yang semakin penuh.

Dengan cepat waktu penggunaan smartphone saya kembali naik, dari 2 jam menjadi 5 jam (rata-rata).

Namun, ada yang berbeda.

Saya tidak merasa "butuh" untuk membuka lagi. Mungkin ketiadaan aplikasi ini selama 6 bulan lebih benar-benar sudah mengubah kebiasaan saya.

Dan, tidak sulit bagi saya untuk kembali menghapus aplikasi tersebut. Tidak ada perasaan kehilangan. Semua jadi biasa saja.

Bahkan pernah saya tidak pulang balik kerumah saat smartphone saya ketinggalan.

Mempersulit = mengubah

James Clear dalam buku "Atomic Habit" mengatakan sesuatu seperti ini:

"Jika ingin membangun habit baru, maka buatlah menjadi menarik dan menyenangkan. Sebaliknya, jika ingin meninggalkan habit yang lama, maka buatlah menjadi sulit dan menyebalkan."

Sebenarnya tidak sulit-sulit amat untuk meng-install kembali aplikasi-aplikasi yang sudah saya buang. Namun ternyata, menambah 1 langkah tersebut, terbukti cukup untuk membuat tidak nyaman.

Bayangkan setiap kali ingin melihat Instagram, Anda harus install aplikasinya dulu. Maka lama kelamaan Anda tidak ingin melihat Instagram karena prosesnya repot.

Lama kelamaan, rasa ingin melihat timeline Instagram itu pun menghilang.

Ini ditambah lagi dimana lokasi smartphone dirumah saya sangat saya batasi, tidak boleh masuk ke kamar tidur dan kamar anak-anak. Jadi lokasinya hanya di ruang kerja saya, atau mungkin sesekali di meja makan saat saya harus mengecek sesuatu yang penting.

Iya, selama 6 bulan tersebut, beberapa kali saya mengakses social media, terutama YouTube, dari laptop saya. Ini beberapa kali untuk keperluan promosi.

Namun seperti yang saya katakan, mengakses social media melalui laptop tidak senyaman melalui aplikasi mobile.

Akan lebih nyaman nonton YouTube sambil tiduran daripada duduk didepan meja dengan laptop.

10 Hari terakhir Ramadan

Tujuan akhir dari saya menulis ini adalah mungkin untuk mengingatkan, terutama ke diri saya sendiri, bahwa kita akan memasuki 10 hari terkhir Ramadan.

Memutuskan distraksi atau gangguan sekecil apapun mungkin bisa membantu kita untuk beribadah dengan lebih baik, lebih fokus.

90% (bahkan lebih) hal yang ada di social media menurut saya tidak penting. Saya tidak terputus dari peradaban, dan tidak merasa ketinggalan apapun. Saya masih update berita, dan nyambung saat ngobrol dengan teman-teman saya.

Dan melalui email ini saya juga untuk mengajak Anda untuk mencoba. Karena toh pada akhirnya semua bisa Anda install lagi.

Tapi, bagaimana kalau Anda tidak mau meng-install-nya lagi?

Selamat menjalankan ibadah dibulan Ramadan.

Fikry Fatullah KIRIM.EMAIL

Komentar