80 juta kemahalan?

Bismillah…

Akhir-akhir ini banyak berseliweran di media sosial, baik instagram atau twitter mengenai satu hal yang bagi saya hanya menyangkut sudut pandang dari kemampuan seseorang.

Contoh kasus seperti gambar dibawah ini:

Untuk Anda yang tidak bisa melihat gambarnya, gambar diatas adalah sebuah twitt dari salah satu akun bisnis di twitter yang mengatakan sesuatu hal yang bisa menjadi kontroversi bagi sebagian orang, seperti:

Sneakers-sneakers klasik dengan harga USD 2000 sampai dengan USD 18.000 (lebih mahal daripada avanza)

Buy on emotional. Not Logic

Kata-kata diatas menurut saya adalah benar adanya, namun itu semua hanyalah sebatas sudut pandang saja.

Bukan berarti seseorang yang membeli barang premium dengan harga yang menurut sebagian orang tidak masuk akal adalah sebuah kebodohan atau suatu yang sia-sia.

Seolah sebagian orang berkata bahwa membeli barang yang menurutnya terlalu mahal hanyalah sesuatu hal yang mubadzir dan tidak efektif.

Sekali lagi menurut saya hal diatas merupakan sebatas sudut pandang saja.

Di sisi lain yang harus di perhatikan adalah bahwa barang premium itu hadir memang bukan untuk di konsumsi semua orang.

Dari yang pernah saya pelajari membeli sesuatu atas dasar emosional merupakan salah satu dari strategi bisnis juga.

Strategi yang saya maksud adalah Brand Image.

Brand image adalah representasi dari keseluruhan persepsi seseorang terhadap brand

Bahasa mudahnya adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat sebuah brand.

Image seorang konsumen yang positif terhadap suatu brand/ merek lebih memungkinkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

Jadi terkadang pricing atau harga bukan lagi jadi persoalan.

Contoh kasus ketika Anda melihat sebuah sepatu tanpa tanda centang dihargai 2juta rupiah, lalu di sisi lain Anda juga melihat sepatu dengan tanda centang dijual dengan harga yang sama, Anda pilih yang mana?

Itulah brand image secara bahasa mudahnya.

Dan dari yang saya lihat, orang-orang yang membeli barang mahal, bagi mereka rasional/ masuk akal bukan menjadi hal utama.

Terkadang mereka menyebutnya dengan kata “Selera”.

Dengan selera sesuatu yang tidak masuk akal, bisa jadi masuk akal untuk mereka.

Seseorang tidak bisa dikatakan bodoh hanya karena memiliki selera terhadap barang-barang yang bagus dan mahal.

Contoh kasus ketika saya coba bermain ke pameran lukisan, baik pelukis lokal atau dari luar.

1 lukisan bisa dihargai 20juta, 50juta bahkan ratusan juta hingga milyaran rupiah hanya untuk sebuah lukisan dan laku.

Dalam artian memang ada pasarnya, atau target marketnya.

Selama itu memberikan value atau nilai untuk hidup seseorang menurut saya tidak ada yang mubadzir dan sia-sia.

Hal itu juga yang di ambil dari seseorang yang hidup dengan konsep minimalis.

Hidup dengan konsep minimalis bukan berarti Anda tidak boleh membeli atau memiliki barang yang mahal, namun lebih ke value/ nilai apa yang bisa Anda ambil dari sebuah barang yang Anda beli atau miliki saat ini.

Jadi daripada fokus men-generalisir setiap orang melakukan hal yang mubadzir atau sia-sia hanya karena membeli barang dengan harga yang tidak masuk di akal untuk sebagian orang, lebih baik fokus kepada meningkatkan brand image bisnis dimata konsumen.

Semua itu bisa dimulai dengan cara mengenal lebih dalam siapa pelanggan Anda.

Di kelas:

Super Sales Funnel

Anda juga akan mempelajari dari hal dasar dalam konsep bisnis yaitu mengenali lebih dalam siapa pelanggan Anda, kenapa seseorang harus membeli kepada Anda, apa yang membuat Anda lebih baik dari kompetitor, dan masih banyak lagi.

Semua dikemas menjadi sebuah sistem penjualan yang tentunya dapat mendongkrak omset bisnis Anda lebih tinggi dari sekarang.

Anda bisa daftar sekarang juga! Karena dalam 5 hari pendaftaran dengan harga early bird akan segera berakhir.

KLIK DISINI untuk mendaftar

Sampai ketemu di kelas Super Sales Funnel


 

Dion Arfan.

Komentar